Chorus.
Ketika akhirnya kaupun tahu
cintaku takkan pernah terganti
Kutelah berlalu membiru
: bersama rindu
Itu adalah bagian chorus pada lagu yang diberi judul Akhirnya Kau Tahu ini. Akhirnya Kau Tahu (AKT) adalah lagu kedua yang kuciptakan dengan bantuan chorus karya orang lain. Yap! Bagian yang paling dahsyat pada lagu ini adalah chorusnya, menurutku. Itu diciptakan oleh Fisca atau seringkali aku menyebutnya sebagai Ran (pasangan Shinichi Kudo yang kupakai sebagai identitasku di berbagai komunitas internet). Doi adalah sumber inspirasi utamaku dalam mencipta. Atau katakanlah dia adalah Dinda pada lagu Tetap Istimewa, pada kebanyakan status facebook, puisi, dsb.
Dulu, sebelum AKT, ia juga telah memberikan chorus pada lagu Terhebat Untukmu. Baik AKT dan TH merupakan lagu yang luar biasa. Keduanya bisa kusebut sebagai anak tangga berikutnya dalam menuju kematangan bermusik. Teknikal, tepatnya. Memperbandingkan TH dengan lagu sebelumnya yang kucipta, serasa meninggalkan anak tangga di bawahnya. Begitu juga dengan AKT. Aku sangat berterima kasih pada penciptanya : Ran. Dan itu tidak sekali.
Dalam proses penciptaan musiknya, AKT membutuhkan waktu pengendapan yang cukup lama. Lebih sebulan. Ya, aku menyadari keterbatasanku saat pertama kali mencoba mengarang musik untuk lagu ini. Aku kesulitan pada irama beat. Atau sesungguhnya aku tak tahu bagaimana membuat musik untuk lagu yang seperti ini.
Merupakan pengalaman pertamaku menjumpai lagu seperti AKT. Tetapi itu harus kusyukuri karena bagaimanapun keinginanku yang terpendam lama akhirnya terwujud dengan keberadaan lagu yang berdurasi 3 menit 59 detik ini. AKT menjadi sebuah pemuas dahagaku pada lagu-lagu yang sangat kusukai. Pada musik, tepatnya.
Shepia – Sheila on 7. Pembaca mungkin belum tahu bahwa aku adalah penggemar musik-musik karya Sheila on 7. Mereka sangat menginspirasiku sejak aku SMP hingga saat ini. Meskipun lagu terbarunya yang berjudul Pasti Ku Bisa itu mengecewakanku. Dan satu yang terbaik daripada mereka adalah lagu yang berjudul Shepia. Yap! Shepia dengan segudang cerita-cerita di sekitarnya. Teman-teman pasti sudah tahu lagu ini. Terkenal kan? Yap! Biar aku beritahu bagaimana aku menilai Shepia, secara musikal (halah).
Di telingaku, Shepia adalah lagu pedih. Eross menghasilkan lagu yang bagus dengan pilihan lirik yang tepat. Itupun didukung dengan suara khas Duta yang piawai memainkan setiap nadanya, desahannya, seruannya yang meminta untuk dilupakan. Tak ketinggalan dengan backing vocal—oleh personel lainnya—yang berada tepat pada tempat yang mengangkat semua emosi pada cerita dalam lagu itu.
Luar biasa! Tapi hal yang unik adalah; meski begitu pedih, ternyata mendengarkan Shepia bisa membuat diri ikut pada irama musiknya. Bergoyang kalau musik dangdut bilang. Hentakan beat hasil kreasi Anton membuat Shepia menjadi lagu yang memiliki luapan emosi yang padat. Hingga akhirnya aku sangat memimpikan membuat musik yang seperti itu juga. Nah, AKT adalah hasilnya.
Aku mencoba mengaplikasikan hentakan beat itu pada lagu ini. Hasilnya seperti yang teman-teman bisa dengarkan. Menurutku pribadi, hasilnya sangat memuaskan dahagaku karena sangat mengidolakan Shepia. Tentu, Ran sendiri sebagai pencipta chorus AKT juga sangat menikmati hasil pengendapanku sebulan lebih itu.
Fall For You – Secondhand Serenade. Lagu ini tentu berlirik bahasa Inggris, dikenalkan oleh Ran padaku ketika aku masih bekerja sebagai operator warnet, kira-kira 3 tahun yang lalu. Ia katakan saat itu, bahwasanya lagu ini keren dan easy listening. Ia bahkan mengatakan aku pasti suka. Mungkin karena Ran sudah begitu tahu selera musikku, maka ia berani berkata seperti itu. Dan aku takkan bohong, FFY sangat mempesonaku.
Kupikir aku takkan mampu membahas liriknya karena kemampuan berbahasa Inggrisku tidaklah bagus. Akan tetapi, aku bisa merasakan bahwa lagu ini juga punya warna yang sama, emosi yang sama dengan lagu-lagu sedih lainnya. Tetapi apa yang membuatnya sangat menyenangkanku? Musiknya. Seperti pada kebanyakan musik easy-listening, pilihan sound pada lagu ini juga sederhana. Berfokus pada piano, FFY dihentak dengan beat yang kuat pada bagian bridge (aku kurang tahu apakah itu istilah tepatnya). Yang pasti, musik pada bagian itu menguat, seolah-olah merupakan klimaks dari keseluruhan lagu. Hal itu membuatku—lagi-lagi—terpesona. Aku iri, dan ingin punya lagu yang seperti itu juga.
Seperti yang pembaca duga, AKT adalah hasilnya. Aku menghentak lebih kuat beat pada bagian bridge pada lagu ini. Setidaknya aku merasa sudah menghentaknya J
Yang kusimpan hanya untukmu
Hwooo ….
Sewaktu aku mengendapkannya (baca. mencari ide musik untuk AKT) aku mengalami kebuntuan dikarenakan kesulitan pada irama. Aku terus memikirkan lagu ini, kadang aku senandungkan di saat-saat tertentu bagian chorusnya. Hingga salah seorang temanku membuka pintu ide musikku. Saat itu ia sedang mendengarkan lagu dari laptopnya. Sialnya aku bahkan tidak tahu apa judulnya, siapa penyanyinya dan bagaimana lagu itu bercerita. Aku hanya tidak sengaja ikut mendengarkannya dari speaker besar di kamar kost 13. Yang pasti penyanyinya perempuan dan merupakan lagu berbahasa Indonesia :D
Dan irama beatnya itulah yang membuatku menemukan cara bagaimana aku harus membuat musik untuk lagu AKT. Semuanya terjadi begitu saja. Tak perlu waktu yang lama. Dalam beberapa jam aku menyelesaikan musik AKT. Kalau ide dan mood bersatu padu, mengarang musik akan menjadi hal yang sangat menyenangkan hingga waktu tak terasa berlari di belakang. Hehehe. Sungguh! Aku tak bisa melupakan rasanya itu. Sangat menyenangkan.
LIRIK dan Bagian yang Hilang. Aku menciptakan bagian yang hilang pada AKT. Karena bagaimanapun Ran hanya memberikanku chorusnya saja. Maka aku mencari-cari, memilih di antara ide dan kata-kata yang ada di kepalaku untuk dijadikan sebagai bagian awal dan akhir pada keseluruhan lagu.
Sudahlah, sudah jangan kau coba lagi melukaiku
Biarkan saja semua berlalu seperti keinginanmu
Kini aku bisa jalani hari meskipun tanpamu disini
Seiring waktu yang berputar aku sanggup bertahan: hwo …
Itu adalah lirik pada bait pertama. Bagian yang paling kusuka adalah baris terakhir. Sebelumnya aku memakai rima “i” pada kata “hari” dan “disini” di baris ketiga, yang mana itu juga mengikuti model rima pada baris pertama dan kedua (“sudah”, “ku”, “semua”, dan “mu”). Tetapi pada baris keempat (terakhir) aku menghentikannya pada kata “berputar” dan “bertahan” yang tidak terlalu vocal. Efeknya sendiri buat telingaku (sebagai pendengar), konsonan “n” yang terputus dan disambung dengan seruan “hwoo” memunculkan emosi yang lebih dalam jika didengarkan dengan nada lagunya.
Saat pertama kali Ran nyanyikan bagian chorus AKT, aku mendapatkan kesan yang mendalam pada lirik ciptaannya itu. Tentang bagaimana sebuah pilihan keterusterangan memaksa kebersamaan di antara sepasang insan harus usai. Ironisnya dengan pedih pula. Aku merasa liriknya itu ditujukan padaku. Menyindirku, seolah-olah menunjukkan kenyataan yang akan terjadi bila saja kami benar-benar berpisah. Ya, hubungan kami memang sedang tidak berjalan baik saat itu.
Tapi ia berkilah. Katanya chorus itu tercipta karena ia terenyuh dengan kisah salah seorang sahabatnya. Jujur. Saat itu aku tidak percaya. Buatku, jika itu ditujukan padaku akan lebih masuk akal. Dan kenyataannya saat ini, memang. Ia mencipta bagian itu untukku, disuarakan untukku, mempertunjukkan bagaimana ia berusaha menyatakan apa yang akan terjadi sekiranya kami usai. Namun aku bersikap biasa saja, meski tak percaya. Mungkin dengan begitulah hingga aku bisa menyelesaikan lagu ini. Dengan lirik yang kuawali pada bait pertama itu. Setelahnya repeat chorus.
Setelah repeat chorus yang pertama selesai, aku memilih mengulangi lagi nada pada bait pertama. Dan inilah lirik yang kupilihkan.
Mungkin saja di hari nanti aku tetap sendiri
Mungkin juga aku telah jera untuk mencintai
Tak perlu kau menyesali semua sikapmu kepadaku dulu
Karena bagiku segalanya tercipta menjadi kenangan kita
Saat Ran pertama kali mendengarkan AKT secara utuh, ia diam saja. Ya, seperti itulah ekspresi yang bisa ia tawarkan setiap kali kujadikan sebagai orang pertama yang mendengarkan lagu ciptaanku. Hehehe. Lalu beberapa saat kemudian ia sudah mulai suka dengan lagunya. Lalu ia meletakkan lagu ini di jajaran lagu-lagu terbaik yang pernah kucipta, bersama Berbagi Mimpi tentunya.
Pada kesempatan lain, ia mengatakan aku begitu menjiwai chorus yang ia ciptakan. Ran memperjelas pendapatnya dengan fakta bahwa pilihan kata-kataku pada lirik sangat memuaskannya. Pendek kata, AKT yang kuselesaikan adalah seperti AKT yang di dalam pikirannya (baca. mungkin seperti itulah kisah sahabatnya itu). Tapi aku tak tahu bagaimana persisnya. Karena aku memang beranjak dari chorus yang ia ciptakan dan perasaanku sendiri.
Ia tak tahu soal ini. Mungkin sekarang sudah, karena tulisan ini bisa saja dibacanya. Ran sempat mengatakan padaku bahwa ia berbohong soal AKT. Ia berkata lagu ini adalah perasaan tertekannya karena hubungan kami, atau perlakuanku padanya. Jadi bukan tentang kisah sahabat atau siapapun. AKT adalah perasaannya sendiri. Itu saat kami bertengkar beberapa waktu yang lalu. Aku tak cukup kata, mungkin. Hingga ia tak tahu, bahwa kenyataan yang benar adalah aku bukan sengaja memposisikan diri sebagai sahabatnya itu. Tapi akulah pemeran sungguhan dalam lirik AKT yang kuciptakan. Ia merasa dirinya yang mungkin jera. Tapi yang terjadi hingga detik ini adalah : akulah yang jera mencinta. Akhirnya kau tahu, bukan? J
Hal Lain. AKT mengalami overtune seperti pada beberapa lagu ciptaan Ran. Itu permintaannya. Mungkin ia suka dengan nada yang naik secara sistematis pada sebuah lagu. Dan itu kuwujudkan dengan apik (ehem) pada perpindahan chorus setelah hentakan beat yang terinspirasi dari Fall For You. Pengulangan chorus itu sudah berada pada komposisi yang tepat. Meski jika dihitung terdapat 5 kali aku mengulangnya sepanjang lagu ini, plus di bagian akhir aku tutup dengan menggantungnya pada chord minor.
Ketika akhirnya kaupun tahu
Cintaku takkan pernah terganti
Sound Pilihan. Beragam, meski aku selalu menggunakan yang standar pada lagu-laguku kebanyakan, seperti piano (FL Keys), piano (ChangPianoHard), gitar (Slayer) sebanyak 6 channel, DirectWave (Mellotron_02), dan Sytrus (Asian String). Begitu namanya pada aplikasi yang kugunakan. Lalu aku membubuhkan sentuhan akhir yang menurutku yang membuat AKT lebih padat, seperti Sytrus Acid, Sytrus You, Sytrus Austrian accordion, Choir, Washhigh dan tentu saja instrumen untuk beatnya.
Di bagian akhir AKT, pada chorusnya yang terpenggal itu, temponya menurun. Jika sejak awal aku setting dengan tempo 88 BPM, pada penutupnya aku turunkan menjadi 84 saja. Hal ini adalah yang pertama kali kulakukan sepanjang aku membuat musik. Dibandingkan dengan lagu-laguku sebelumnya, AKT terbilang unik atau berbeda. Musik secara umum, background vocal dan pilihan sound yang membuatnya lebih mengena. Pada dua repeat chorus terakhir aku mencoba menghadirkan efek yang sering kudengar pada kemampuan Duta bernyanyi, yang kata Ran sendiri, ia sangat menyukainya. Dengan style-ku itu, ternyata dia juga menikmati. Syukurlah. Tetapi intinya adalah AKT merupakan pengalaman berharga, baik musiknya maupun cerita di dalam lagunya.
Teman-teman bisa mencoba mendengarkannya dengan download dari situs 4shared. AKT merupakan salah satu lagu yang berada dalam album Indie Chris Othersides untuk Sahabat. Kuharap catatan ini sedikit banyak memberikan sesuatu kepada pembaca/ pendengar lagu-laguku. Terakhir, pencipta Akhirnya Kau Tahu adalah kami berdua. Chris dan Fisca
Salam
- C.O. -
Ketika akhirnya kaupun tahu
cintaku takkan pernah terganti
Kutelah berlalu membiru
: bersama rindu
Itu adalah bagian chorus pada lagu yang diberi judul Akhirnya Kau Tahu ini. Akhirnya Kau Tahu (AKT) adalah lagu kedua yang kuciptakan dengan bantuan chorus karya orang lain. Yap! Bagian yang paling dahsyat pada lagu ini adalah chorusnya, menurutku. Itu diciptakan oleh Fisca atau seringkali aku menyebutnya sebagai Ran (pasangan Shinichi Kudo yang kupakai sebagai identitasku di berbagai komunitas internet). Doi adalah sumber inspirasi utamaku dalam mencipta. Atau katakanlah dia adalah Dinda pada lagu Tetap Istimewa, pada kebanyakan status facebook, puisi, dsb.
Dulu, sebelum AKT, ia juga telah memberikan chorus pada lagu Terhebat Untukmu. Baik AKT dan TH merupakan lagu yang luar biasa. Keduanya bisa kusebut sebagai anak tangga berikutnya dalam menuju kematangan bermusik. Teknikal, tepatnya. Memperbandingkan TH dengan lagu sebelumnya yang kucipta, serasa meninggalkan anak tangga di bawahnya. Begitu juga dengan AKT. Aku sangat berterima kasih pada penciptanya : Ran. Dan itu tidak sekali.
Dalam proses penciptaan musiknya, AKT membutuhkan waktu pengendapan yang cukup lama. Lebih sebulan. Ya, aku menyadari keterbatasanku saat pertama kali mencoba mengarang musik untuk lagu ini. Aku kesulitan pada irama beat. Atau sesungguhnya aku tak tahu bagaimana membuat musik untuk lagu yang seperti ini.
Merupakan pengalaman pertamaku menjumpai lagu seperti AKT. Tetapi itu harus kusyukuri karena bagaimanapun keinginanku yang terpendam lama akhirnya terwujud dengan keberadaan lagu yang berdurasi 3 menit 59 detik ini. AKT menjadi sebuah pemuas dahagaku pada lagu-lagu yang sangat kusukai. Pada musik, tepatnya.
Shepia – Sheila on 7. Pembaca mungkin belum tahu bahwa aku adalah penggemar musik-musik karya Sheila on 7. Mereka sangat menginspirasiku sejak aku SMP hingga saat ini. Meskipun lagu terbarunya yang berjudul Pasti Ku Bisa itu mengecewakanku. Dan satu yang terbaik daripada mereka adalah lagu yang berjudul Shepia. Yap! Shepia dengan segudang cerita-cerita di sekitarnya. Teman-teman pasti sudah tahu lagu ini. Terkenal kan? Yap! Biar aku beritahu bagaimana aku menilai Shepia, secara musikal (halah).
Di telingaku, Shepia adalah lagu pedih. Eross menghasilkan lagu yang bagus dengan pilihan lirik yang tepat. Itupun didukung dengan suara khas Duta yang piawai memainkan setiap nadanya, desahannya, seruannya yang meminta untuk dilupakan. Tak ketinggalan dengan backing vocal—oleh personel lainnya—yang berada tepat pada tempat yang mengangkat semua emosi pada cerita dalam lagu itu.
Luar biasa! Tapi hal yang unik adalah; meski begitu pedih, ternyata mendengarkan Shepia bisa membuat diri ikut pada irama musiknya. Bergoyang kalau musik dangdut bilang. Hentakan beat hasil kreasi Anton membuat Shepia menjadi lagu yang memiliki luapan emosi yang padat. Hingga akhirnya aku sangat memimpikan membuat musik yang seperti itu juga. Nah, AKT adalah hasilnya.
Aku mencoba mengaplikasikan hentakan beat itu pada lagu ini. Hasilnya seperti yang teman-teman bisa dengarkan. Menurutku pribadi, hasilnya sangat memuaskan dahagaku karena sangat mengidolakan Shepia. Tentu, Ran sendiri sebagai pencipta chorus AKT juga sangat menikmati hasil pengendapanku sebulan lebih itu.
Fall For You – Secondhand Serenade. Lagu ini tentu berlirik bahasa Inggris, dikenalkan oleh Ran padaku ketika aku masih bekerja sebagai operator warnet, kira-kira 3 tahun yang lalu. Ia katakan saat itu, bahwasanya lagu ini keren dan easy listening. Ia bahkan mengatakan aku pasti suka. Mungkin karena Ran sudah begitu tahu selera musikku, maka ia berani berkata seperti itu. Dan aku takkan bohong, FFY sangat mempesonaku.
Kupikir aku takkan mampu membahas liriknya karena kemampuan berbahasa Inggrisku tidaklah bagus. Akan tetapi, aku bisa merasakan bahwa lagu ini juga punya warna yang sama, emosi yang sama dengan lagu-lagu sedih lainnya. Tetapi apa yang membuatnya sangat menyenangkanku? Musiknya. Seperti pada kebanyakan musik easy-listening, pilihan sound pada lagu ini juga sederhana. Berfokus pada piano, FFY dihentak dengan beat yang kuat pada bagian bridge (aku kurang tahu apakah itu istilah tepatnya). Yang pasti, musik pada bagian itu menguat, seolah-olah merupakan klimaks dari keseluruhan lagu. Hal itu membuatku—lagi-lagi—terpesona. Aku iri, dan ingin punya lagu yang seperti itu juga.
Seperti yang pembaca duga, AKT adalah hasilnya. Aku menghentak lebih kuat beat pada bagian bridge pada lagu ini. Setidaknya aku merasa sudah menghentaknya J
Bridge.
Dan bila kau sadari arti cintakuYang kusimpan hanya untukmu
Hwooo ….
Sewaktu aku mengendapkannya (baca. mencari ide musik untuk AKT) aku mengalami kebuntuan dikarenakan kesulitan pada irama. Aku terus memikirkan lagu ini, kadang aku senandungkan di saat-saat tertentu bagian chorusnya. Hingga salah seorang temanku membuka pintu ide musikku. Saat itu ia sedang mendengarkan lagu dari laptopnya. Sialnya aku bahkan tidak tahu apa judulnya, siapa penyanyinya dan bagaimana lagu itu bercerita. Aku hanya tidak sengaja ikut mendengarkannya dari speaker besar di kamar kost 13. Yang pasti penyanyinya perempuan dan merupakan lagu berbahasa Indonesia :D
Dan irama beatnya itulah yang membuatku menemukan cara bagaimana aku harus membuat musik untuk lagu AKT. Semuanya terjadi begitu saja. Tak perlu waktu yang lama. Dalam beberapa jam aku menyelesaikan musik AKT. Kalau ide dan mood bersatu padu, mengarang musik akan menjadi hal yang sangat menyenangkan hingga waktu tak terasa berlari di belakang. Hehehe. Sungguh! Aku tak bisa melupakan rasanya itu. Sangat menyenangkan.
LIRIK dan Bagian yang Hilang. Aku menciptakan bagian yang hilang pada AKT. Karena bagaimanapun Ran hanya memberikanku chorusnya saja. Maka aku mencari-cari, memilih di antara ide dan kata-kata yang ada di kepalaku untuk dijadikan sebagai bagian awal dan akhir pada keseluruhan lagu.
Sudahlah, sudah jangan kau coba lagi melukaiku
Biarkan saja semua berlalu seperti keinginanmu
Kini aku bisa jalani hari meskipun tanpamu disini
Seiring waktu yang berputar aku sanggup bertahan: hwo …
Itu adalah lirik pada bait pertama. Bagian yang paling kusuka adalah baris terakhir. Sebelumnya aku memakai rima “i” pada kata “hari” dan “disini” di baris ketiga, yang mana itu juga mengikuti model rima pada baris pertama dan kedua (“sudah”, “ku”, “semua”, dan “mu”). Tetapi pada baris keempat (terakhir) aku menghentikannya pada kata “berputar” dan “bertahan” yang tidak terlalu vocal. Efeknya sendiri buat telingaku (sebagai pendengar), konsonan “n” yang terputus dan disambung dengan seruan “hwoo” memunculkan emosi yang lebih dalam jika didengarkan dengan nada lagunya.
Saat pertama kali Ran nyanyikan bagian chorus AKT, aku mendapatkan kesan yang mendalam pada lirik ciptaannya itu. Tentang bagaimana sebuah pilihan keterusterangan memaksa kebersamaan di antara sepasang insan harus usai. Ironisnya dengan pedih pula. Aku merasa liriknya itu ditujukan padaku. Menyindirku, seolah-olah menunjukkan kenyataan yang akan terjadi bila saja kami benar-benar berpisah. Ya, hubungan kami memang sedang tidak berjalan baik saat itu.
Tapi ia berkilah. Katanya chorus itu tercipta karena ia terenyuh dengan kisah salah seorang sahabatnya. Jujur. Saat itu aku tidak percaya. Buatku, jika itu ditujukan padaku akan lebih masuk akal. Dan kenyataannya saat ini, memang. Ia mencipta bagian itu untukku, disuarakan untukku, mempertunjukkan bagaimana ia berusaha menyatakan apa yang akan terjadi sekiranya kami usai. Namun aku bersikap biasa saja, meski tak percaya. Mungkin dengan begitulah hingga aku bisa menyelesaikan lagu ini. Dengan lirik yang kuawali pada bait pertama itu. Setelahnya repeat chorus.
Setelah repeat chorus yang pertama selesai, aku memilih mengulangi lagi nada pada bait pertama. Dan inilah lirik yang kupilihkan.
Mungkin saja di hari nanti aku tetap sendiri
Mungkin juga aku telah jera untuk mencintai
Tak perlu kau menyesali semua sikapmu kepadaku dulu
Karena bagiku segalanya tercipta menjadi kenangan kita
Saat Ran pertama kali mendengarkan AKT secara utuh, ia diam saja. Ya, seperti itulah ekspresi yang bisa ia tawarkan setiap kali kujadikan sebagai orang pertama yang mendengarkan lagu ciptaanku. Hehehe. Lalu beberapa saat kemudian ia sudah mulai suka dengan lagunya. Lalu ia meletakkan lagu ini di jajaran lagu-lagu terbaik yang pernah kucipta, bersama Berbagi Mimpi tentunya.
Pada kesempatan lain, ia mengatakan aku begitu menjiwai chorus yang ia ciptakan. Ran memperjelas pendapatnya dengan fakta bahwa pilihan kata-kataku pada lirik sangat memuaskannya. Pendek kata, AKT yang kuselesaikan adalah seperti AKT yang di dalam pikirannya (baca. mungkin seperti itulah kisah sahabatnya itu). Tapi aku tak tahu bagaimana persisnya. Karena aku memang beranjak dari chorus yang ia ciptakan dan perasaanku sendiri.
Ia tak tahu soal ini. Mungkin sekarang sudah, karena tulisan ini bisa saja dibacanya. Ran sempat mengatakan padaku bahwa ia berbohong soal AKT. Ia berkata lagu ini adalah perasaan tertekannya karena hubungan kami, atau perlakuanku padanya. Jadi bukan tentang kisah sahabat atau siapapun. AKT adalah perasaannya sendiri. Itu saat kami bertengkar beberapa waktu yang lalu. Aku tak cukup kata, mungkin. Hingga ia tak tahu, bahwa kenyataan yang benar adalah aku bukan sengaja memposisikan diri sebagai sahabatnya itu. Tapi akulah pemeran sungguhan dalam lirik AKT yang kuciptakan. Ia merasa dirinya yang mungkin jera. Tapi yang terjadi hingga detik ini adalah : akulah yang jera mencinta. Akhirnya kau tahu, bukan? J
Hal Lain. AKT mengalami overtune seperti pada beberapa lagu ciptaan Ran. Itu permintaannya. Mungkin ia suka dengan nada yang naik secara sistematis pada sebuah lagu. Dan itu kuwujudkan dengan apik (ehem) pada perpindahan chorus setelah hentakan beat yang terinspirasi dari Fall For You. Pengulangan chorus itu sudah berada pada komposisi yang tepat. Meski jika dihitung terdapat 5 kali aku mengulangnya sepanjang lagu ini, plus di bagian akhir aku tutup dengan menggantungnya pada chord minor.
Ketika akhirnya kaupun tahu
Cintaku takkan pernah terganti
Sound Pilihan. Beragam, meski aku selalu menggunakan yang standar pada lagu-laguku kebanyakan, seperti piano (FL Keys), piano (ChangPianoHard), gitar (Slayer) sebanyak 6 channel, DirectWave (Mellotron_02), dan Sytrus (Asian String). Begitu namanya pada aplikasi yang kugunakan. Lalu aku membubuhkan sentuhan akhir yang menurutku yang membuat AKT lebih padat, seperti Sytrus Acid, Sytrus You, Sytrus Austrian accordion, Choir, Washhigh dan tentu saja instrumen untuk beatnya.
Di bagian akhir AKT, pada chorusnya yang terpenggal itu, temponya menurun. Jika sejak awal aku setting dengan tempo 88 BPM, pada penutupnya aku turunkan menjadi 84 saja. Hal ini adalah yang pertama kali kulakukan sepanjang aku membuat musik. Dibandingkan dengan lagu-laguku sebelumnya, AKT terbilang unik atau berbeda. Musik secara umum, background vocal dan pilihan sound yang membuatnya lebih mengena. Pada dua repeat chorus terakhir aku mencoba menghadirkan efek yang sering kudengar pada kemampuan Duta bernyanyi, yang kata Ran sendiri, ia sangat menyukainya. Dengan style-ku itu, ternyata dia juga menikmati. Syukurlah. Tetapi intinya adalah AKT merupakan pengalaman berharga, baik musiknya maupun cerita di dalam lagunya.
Teman-teman bisa mencoba mendengarkannya dengan download dari situs 4shared. AKT merupakan salah satu lagu yang berada dalam album Indie Chris Othersides untuk Sahabat. Kuharap catatan ini sedikit banyak memberikan sesuatu kepada pembaca/ pendengar lagu-laguku. Terakhir, pencipta Akhirnya Kau Tahu adalah kami berdua. Chris dan Fisca
Salam
- C.O. -
No comments:
Post a Comment