sudah sejak sekian tahun punya kecenderungan ingin jauh-jauh dari kampung halaman sendiri, sebisa mungkin tidak pulang lagi ke sana, dengan alasan apapun. sudah sejak lama, aku kira sejak aku SMA, aku tidak ingin pulang ke sana lagi. mungkin aku seperti kacang lupa kulitnya, warga negara yang lupa sejarahnya, atau anak yang durhaka. dugaan semacam itu tidak kupedulikan, sebab aku rasa tidak demikian adanya. tahun 2011 adalah jawaban kenapa aku punya kecenderungan seperti ini. bukan karena hidupku lebih menyenangkan secara materi di luar sana (yang sebenarnya malah menderita), tapi aku merasakan itulah tempatku, yakni tempat yang jauh atau bukan di kampung halamanku sendiri. hal ini sepertinya tidak disadari ortu sedikitpun sekalipun sudah kutunjukkan keengganan bertahan lebih dari dua malam menginap di kampungku. atau mereka sadar tapi bersikeras memaksakan kehendaknya sebagai orang tua yang harus dipatuhi oleh anaknya. semakin lama di sini, semakin membuatku muak. apalagi ditambah keharusan untuk pulang kampung—melakukan kegiatan yang sama sekali tidak kusenangi. ini bukan aku. bilapun karena kecenderungan ini aku dicap durhaka, sudah sejak lama aku katakan aku rela. lebih baik bebas dan mati menderita di tempat yang kuinginkan daripada hidup nyaman selamanya di tempat yang tidak kuharapkan. (Chris)